Rabu, 06 Mei 2015

Janganlah Bersedih

Sudah menjadi hal yang wajar jika dalam menjalani kehidupan di dunia seseorang mengalami kesedihan. Karakteristik orang berbeda-beda ketika mengekspresikan kesedihan dari ekspresi yang biasa-biasa saja sampai ekspresi kesedihan yang berlebihan bahkan ada juga yang sampai mengakhiri hidupnya karena kesedihan yang ia alami. Jika seseorang itu mengekspresikan kesedihannya itu biasa-biasa saja itu adalah hal yang sangat wajar karena apa yang dialami seseorang di dunia ini tidak selamanya mengalami kebahagiaan. Namun bagaimana pandangan Islam tentang ekspresi kesedihan yang berlebihan? Berikut penjelasannya.
Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ahmad diceritakan bahwa Pada zaman Rasul SAW ketika Mu’adz ibn Jabbal diperintahkan oleh Rasulullah SAW untuk berdakwah ke Yaman dan ketika hari keberangkatannya telah tiba Mu’adz ibn Jabbal berpamitan kepada Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Seketika Mu’adz bersedih karena sebentar lagi akan meninggalkan kampung halamannya, terlebih lagi akan berpisah dengan Rasulullah SAW. Rasulullah SAW kemudian bertanya kepada Mu’adz “mengapa engkau menangis” Mu’adz menjawab “Ya Rasulallah, aku bersedih karena akan berpisah denganmu”. Dengan pernyataan yang dikatakan oleh Mu’adz ibn Jabbal, kemudian Rasulullah SAW berpesan kepada Mu’adz yang berarti Rasulullah memberikan pesan kepada semua umatnya yang menghadapi permasalahan serupa seperti yang dihadapi Mu’adz ibn Jabbal.
Janganlah bersedih, karena sesungguhnya bersedih itu datangnya dari syaithan. Wahai Muadz, bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada, ikutilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan akan menghapuskannya, dan berakhlaklah kepada orang lain dengan akhlak yang baik. Wahai Muadz, ingatlah selalu kepada Allah azza wa jalla, baik ketika berada di daerah bebatuan, daerah penuh pepohonan maupun daerah perkotaan”.
Dari hadits tersebut dapat kita simpulkan bahwasanya Rasulullah tidak menghendaki umatnya bersedih karena kesedihan itu datangnya dari Syaithan, untuk itu Rasulullah tidak ingin umatnya bersahabat dengan kesedihan yang berarti bersahabat dengan Syaithan. Untuk itu Rasulullah berpesan 5 hal kepada Mu’adz dan kepada semua umatnya yang harus kita laksanakan dalam menjalankan kehidupan ini salah satunya Rasulullah berpesan kepada kita semua untuk tidak bersedih.
Tetapi lihatlah umat Rasul pada zaman sekarang ini, banyak sekali umat Rasulullah yang bersedih dalam menjalankan kehidupan ini, baik dari kesedihan yang dianggap wajar sampai kesedihan yang berlebihan. Misalnya ketika sanak keluarganya menemui Allah SWT untuk selama-lamanya sehingga ia tak lagi bisa bertatap muka dengannya. Ada yang mengekspresikannya dengan biasa-biasa saja dengan alasan setiap manusia pasti akan mendapatkan gilirannya. Ada juga yang berlebihan sampai sepanjang hari meratapi sanak keluarganya yang berpulang ke Rahmatullah.
Ingatlah sahabat Rasulullah SAW juga pernah mengalami hal yang demikian, Rasulullah kehilangan dua orang yang sangat beliau cintainya, dua orang yang sangat berpengaruh dalam perjuangan beliau memperjuangkan agama Allah. Saat itu Rasulpun berduka dan itu adalah hal yang wajar, itu adalah fitrah kita sebagai manusia. Namun Rasulullah tidak terlena dengan kesedihannya, Rasulullah harus menjalankan tugasnya sebagai utusan Allah sampai ajal menjemputnya. Tak hanya itu Rasulullah bersedih, ketika risalah telah yang diberikan kepada Rasulullah telah berakhirpun Rasulullah SAW bersedih.
Lihatlah sahabat Rasulullah SAW pun pernah bersedih tetapi tidak seperti yang dialami umat Rasul pada zaman sekarang. Umat pada zaman sekarang berlebihan dalam mengekspresikan kesedihannya bahkan sampai ada yang mengakhiri hidupnya. Dan yang paling menyakitkan kebanyakan dari mereka adalah para pemuda, yang pada hakikatnya merekalah masa depan bangsa ini, merekalah yang akan menjadi pemimpin di masa depan. Namun yang terjadi sekarang mereka tidak pernah sadar bahwa merekalah harapan bangsa ini berada. Soekarno pernah mengatakan “berikan aku sepuluh pemuda maka akan ku guncangkan dunia”. Pepatah Arab mengatakan “Syubhanul yaum, rijalul ghod” yang artinya pemuda hari ini adalah pemimpin pada masa yang akan datang. Itu artinya dalam diri pemuda mempunyai kekuatan yang sangat luar biasa namun sayang pemuda itu sendiri tak pernah menyadarinya.
Pada zaman Rasulullah SAW, pemuda banyak memberikan kontribusi yang cukup besar untuk memperjuangkan agama Allah. Salah satunya adalah Ali ibn Abi Thalib, yang pada waktu itu usianya masih sangat muda namun Ali ibn Abi Thalib dan para pemuda waktu itu di izinkan oleh Rasulullah ikut andil dalam berjihad karena Rasulullah melihat potensi yang luar biasa pada diri pemuda. Tetapi pada zaman sekarang hampir semua dari pemuda terlena oleh kesenangan duniawi yang bisa mengantarkan mereka ke dalam tempat yang paling buruk (neraka). Para remaja zaman sekarang perilakunya sungguh mengecewakan, kebanyakan dari mereka terlena dengan dosa seperti zina yaitu pacaran. Padahal Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-Israa’ ayat 32:
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
Artinya: Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.
Dalam ayat tersebut Allah telah menjelaskan kepada kita semua bahwa zina adalah jalan yang buruk. Pada zaman sekarang sudah banyak bukti-bukti yang menunjukkan zina adalah perbuatan yang mengantarkan kita kepada jalan yang buruk. Misalnya, banyak yang putus cinta ditinggalkan pacarnya kemudian ia melakukan hal-hal yang tidak wajar dari yang tidak mau beraktifitas sampai bunuh diri. Hal seperti itu sebenarnya tidak akan terjadi jika seseorang tidak mendekati zina. Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imran ayat 139:
وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Artinya: Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.
Allah SWT menegaskan dalam ayat tersebut bahwa kitalah orang-orang yang beriman yang derajatnya paling tinggi di sisi Allah. Jika Allah sudah memberitahu kepada kita bahwa kitalah orang-orang yang derajatnya paling tinggi maka segala bentuk kesedihan tidak akan terjadi. Allah SWT juga berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 186 yang artinya Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
Jika Allah sudah dekat dengan kita maka apapun yang kita inginkan akan dikabulkan oleh Allah. Orang yang dekat dengan Allah, ia tidak akan bersedih apalagi terlena dengan kesedihannya seperti yang dilakukan para remaja zaman sekarang. Berdo’alah kepada Allah jika kita bersedih karena Allah SWT sudah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 186 Allah akan mengabulkan permohonan orang yang berdo’a jika kita memohon kepada Allah.

لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا