Kamis, 30 April 2015

Menjadi Insan yang Dirindukan Rasulullah


Menjadi seseorang yang dirindukan adalah harapan semua insan, banyak insan yang ingin dirindukan oleh seseorang apalagi oleh seseorang yang kita dambakan. Begitu juga dengan umat muslimin yang berharap menjadi insan yang senantiasa selalu dirindukan oleh Rasulullah. Terbukti dengan banyaknya puisi-puisi dan lagu-lagu yang diciptakan oleh umat muslim yang berharap dirindukan oleh Rasulullah. Namun, apakah kita (umat muslim) sudah pantas menjadi insan yang dirindukan oleh Rasulullah? Ataukah sebaliknya, kita tidak pantas sama sekali dirindukan oleh Rasulullah?.
Lalu, siapakah umat Rasulullah yang paling beliau rindukan? Berikut ini adalah diantara kriterianya.
1.      Mencintai Allah
Umat yang dirindukan oleh Nabi Muhammad SAW adalah umat yang se-nantiasa mencintai Allah. Cinta kepada Allah adalah syarat mutlak yang harus dilakukan oleh setiap hamba kepada sang pencipta, untuk itu setiap umat Nabi Muhammad yang mencintai Allah sudah barang tentu Nabi Muhammad pun men-cintainya. Lalu bagaimanakah tanda-tanda kita mencintai Allah?
Inti dari cinta ada dalam hati. Cinta juga dapat diungkapkan oleh lisan. Namun cinta tidak cukup hanya diungkapkan tetapi juga harus dibuktikan dengan perbuatan. Jika ada yang mengatakan bahwa aku mencintai Allah tetapi perbuatannya itu tidak menunjukkan kecintaannya kepada Allah maka itu adalah cinta palsu. Berikut adalah tanda-tanda orang yang mencintai Allah. Siapa saja yang memilikinya berarti ia benar-benar mencintai Allah dari relung hatinya.
Pertama, Senantiasa mendahulu-kan perkara yang Allah cintai atas selain-Nya. Seseorang yang mengaku bahwa dirinya Cinta terhadap Allah maka hal itu bisa terlihat dari bagaimana perilaku dan tindakannya yang senantiasa mengedepan-kan apapun yang dicintai oleh Allah dari kepentingan siapapun dan urusan apapun, dari keinginannya, hawa nafsunya, akal pikirannya, orang yang dicintainya dan lain sebagainya. Cintanya yang agung kepada Allah mewujud menjadi bentuk-bentuk pengorbanan yang menakjubkan. Kerelaan hati orang-orang dalam cintanya kepada Allah tidak pernah kering dari amal-amal kebaikan yang bervisi akhirat dan maslahat. Tidak segan meninggalkan segala kepentingan yang dicintai oleh Allah ‘azza wa jalla. Seseorang yang mencintai tidak akan melakukan segala bentuk apapun yang dibenci oleh yang dicintainya.
Rasulullah SAW bersabda
حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ خَالِدٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ سُلَيْمَانَ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Khalid telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far dari Syu'bah dari Sulaiman dari Abu Wa`il dari Abdullah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwa beliau bersabda: "Seseorang akan bersama dengan orang yang dicintainya." (H.R Bukhari 5702)
Dalam hadits tersebut dijelaskan bahwa kita akan  bersama dengan yang kita cintai. Jadi, ketika kita mencintai Allah maka kita akan bersama dengan Allah. Jika kita dekat dengan-Nya apapun yang kita inginkan akan tercapai. Di dunia ini tidak ada cinta yang lebih patut diutamakan dan diharapkan manusia selain daripada cinta yang berasal dari Allah Ar-Rahman Ar-Rahim (Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang). Apalah artinya seseorang hidup di dunia mendapat cinta manusia bahkan seluruh manusia bilamana Allah tidak mencintainya. Semua cinta yang datang dari segenap manusia itu menjadi sia-sia sebab tidak mendatangkan cinta Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sebaliknya, apalah yang perlu dikhawatirkan sesjkkjeorang bila Allah mencintainya sementara manusia bahkan seluruh manusia membencinya. Semua kebencian manusia tersebut tidak bermakna sedikitpun karena dirinya memperoleh cinta Allah Yang Maha  Pengasih lagi Maha Penyayang.
Ketika Rasulullah SAW bersabda kepada para sahabatnya tentang do’a Nabi Daud yang memohon cinta Allah yang artinya: “Di antara doa Nabi Daud ’alihis-salaam ialah: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu cintaMu dan cinta orang-orang yang mencintaiMu dan aku memohon kepadaMu perbuatan yang dapat mengantarku kepada cintaMu. Ya Allah, jadikanlah cintaMu lebih kucintai daripada diriku dan keluargaku serta air dingin.” Dan bila Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam mengingat Nabi Daud ’alihis-salaam beliau menggelarinya sebaik-baik manusia dalam beribadah kepada Allah.” (H.R Tirmidzi 3412)
Nabi Daud mendahulukan cinta Allah di atas segala-galanya. Beliau sangat menyadari bahwa bila Allah telah mencntai dirinya, maka mudah saja bagi Allah untuk menanamkan cinta ke dalam hati manusia terhadap Nabi Daud ’alihis-salaam. Tetapi bila Allah sudah mebenci dirinya apalah gunanya cinta manusia terhadap dirinya. Sebab cinta manusia terhadap dirinya tidak bisa menjamin datangnya cinta Allah kepada Nabi Daud ’alihis-salaam. Dari Nabi shollallahu ’alaih wa sallam beliau bersabda: “Bila Allah mencintai seorang hamba, maka Allah berseru kepada Jibril: “Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka cintailah dia.” Jibrilpun mencintai-nya. Kemudian Jibril berseru kepada penghuni langit: ”Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka kalian cintailah dia.” Penghuni langitpun mencintainya. Kemudian ditanamkanlah cinta penghuni bumi kepadanya.” (H.R Bukhari 5580)
Kedua, Mentauladani Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena Allah telah memilih seorang utusan untuk diikuti jejaknya dan Allah pun Ridlo kepadanya. Bukti cinta kita kepada Allah harus diwujudkan dengan cara-cara yang sesuai dengan ajaran Rasulullah karena Allah hanya ridlo jika kita mengikuti Rasulullah dalam beribadah kepada-Nya. Maka, jika ada seseorang yang mengaku cinta kepada Allah namun perbuatannya tidak sesuai dengan apa yang dicontohkan Rasulullah semasa hidupnya, pastilah cintanya itu tidak berbalas cinta dari Allah.


Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imran ayat 31:



قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Artinya: Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Ketiga, mencintai orang-orang yang mencintai Allah. Tidak akan sempurna cinta kita kepada Allah hingga kita juga mencintai orang-orang yang mencintai Allah dikalangan orang-orang yang beriman. Ciri orang yang mencintai Allah adalah membangun persaudaraan yang kokoh diatas cinta kepada Allah, saling menyayangi, mengayomi dan membantu antara orang-orang beriman yang mencintai Allah. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Maa’ida ayat 54 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui”.
2.      Mencintai Rasulullah
Supaya kita menjadi Insan yang dirindukan Rasulullah tentunya kita harus mencintai beliau dan ketika kita mengaku bahwa kita mencintai Allah namun tidak mencintai Rasulullah maka itu percuma saja cinta kita terhadap Allah tidak berbalas. Dua kalimah syahadah adalah bukti bahawa cinta kepada Allah dan Rasulullah SAW tidak terpisah. Cinta Allah itu tujuan, cinta Rasulullah itu jalan. Tidak mungkin tercapai tujuan “Laa ilaaha illallah” tanpa mengikuti jalan “Muhammad Rasulullah.”
Keyakinan kita kepada Allah adalah atas curahan ilmu, didikan, bimbingan dan pimpinan Rasulullah. Justru, Rasulullah itu manusia biasa yang sangat luar biasa. Baginda tidak dididik oleh manusia, tetapi dididik oleh Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam surat an-Najm ayat 3-4 yang artinya “dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”.
Jika hati mencintai kebaikan, maka butalah hati itu jika tidak mencintai Rasulullah karena Bagindalah insan terbaik dan paling banyak menabur kebaikan. Jika hati mencintai keindahan, maka matilah hati itu jika tidak jatuh cinta kepada keindahan Rasulullah; senyuman, sapaan, teguran, bujukan, bahkan marahnya sekalipun tetap indah.
Cinta tidak semestinya bertemu. Cinta tidak semestinya bersama. Dimensi cinta ialah ukuran rasa, bukan oleh jarak yang jauh atau masa yang panjang dan pendek. Cinta merombak batasan masa, jarak dan ruang. Rasulullah SAW sangat ingin bertemu dengan umatnya di akhir zaman karena umat Rasulullah di akhir zaman sangat mencintai & merindukannya walau mereka tidak pernah bertemu dengan Rasulullah. Dalam sebuah riwayat hadits dikisahkan, ketika itu baginda Rasulullah SAW tengah duduk berkumpul bersama sahabat-sahabatnya. Termasuk Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali. Lalu kemudian Rasulullah bertanya: “Wahai sahabatku, tahukah kalian siapa hamba Allah yang mulia di sisi Allah?” Para sahabat terdiam, lalu ada seorang sahabat berkata: “Para malaikat ya Rasulullah, merekalah yang mulia” Rasulullah menjawab: “Ya, para malaikat itu mulia, mereka dekat dengan Allah dan mereka senantiasa bertasbih dan beribadah kepada Allah, tentulah mereka mulia tapi bukan itu yang aku maksud” lalu para sahabat kembali terdiam, tiba-tiba seorang sahabat kembali berkata: “Ya Rasulullah, tentu para nabi merekalah yang mulia itu” Rasulullah tersenyum, lalu beliau berkata: “Ya, para nabi itu mulia, mereka adalah utusan Allah di muka bumi, bagaimana mungkin mereka tidak mulia. Tetapi ada lagi yang lain” Para sahabat terdiam, mereka bertanya-tanya siapakah mereka yang mulia itu. Lalu salah seorang sahabat berkata: “Apakah kami sahabatmu, ya Rasulullah? Apakah kami yang mulia itu?” Rasulullah kemudian memandang wajah para sahabatnya satu persatu, Rasulullah tersenyum melihat mereka. Rasulullah berkata: “Tentulah kalian mulia, kalian dekat denganku, kalian membantu perjuanganku tentulah kalian mulia, tetapi ada yang lain yang mulia” Para sahabat semuanya terdiam, mereka tidak mampu berkata apa-apa lagi. Lalu baginda Rasulullah SAW menundukkan wajahnya, tiba-tiba beliau menangis dihadapan sahabat-sahabatnya. Para sahabat kemudian bertanya: “Mengapa engkau menangis ya Rasulullah?” Lalu Rasulullah mengangkat wajahnya  yang dibasahi dengan air mata yang berlinang kemudian beliau berkata: “Wahai sahabatku, tahukah kalian siapa yang mulia itu? Mereka adalah manusia-manusia yang lahir jauh setelah wafatku nanti. Mereka begitu mencintai Allah dan tahukah kalian mereka tak pernah memandangku, mereka tidak pernah melihat wajahku, mereka hidup tidak dekat denganku seperti halnya kalian. Tapi mereka begitu rindu kepadaku dan saksikanlah wahai sahabatku aku pun rindu kepada mereka, mereka yang mulia itu, mereka itulah umatku.

Semoga kita termasuk bagian dari umat baginda Rasul yang dirindukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aamiin.


4 komentar:

  1. سبحان الله..
    Menyentuh sekali..

    BalasHapus
  2. Semoga kita dapat mencapai tujuan kita yaitu ALLAH, dengan jalan yang telah ditunjukkan oleh Rasul kita MUHAMMAD SAW. Dan semoga kita termasuk orang orang yang dirindukan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

    BalasHapus
  3. Semoga kita dapat mencapai tujuan kita yaitu ALLAH, dengan jalan yang telah ditunjukkan oleh Rasul kita MUHAMMAD SAW. Dan semoga kita termasuk orang orang yang dirindukan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

    BalasHapus