Sudah
menjadi hal yang wajar jika dalam menjalani kehidupan di dunia seseorang
mengalami kesedihan. Karakteristik orang berbeda-beda ketika mengekspresikan
kesedihan dari ekspresi yang biasa-biasa saja sampai ekspresi kesedihan yang
berlebihan bahkan ada juga yang sampai mengakhiri hidupnya karena kesedihan
yang ia alami. Jika seseorang itu mengekspresikan kesedihannya itu biasa-biasa
saja itu adalah hal yang sangat wajar karena apa yang dialami seseorang di
dunia ini tidak selamanya mengalami kebahagiaan. Namun bagaimana pandangan
Islam tentang ekspresi kesedihan yang berlebihan? Berikut penjelasannya.
Dalam
Hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ahmad diceritakan bahwa Pada zaman
Rasul SAW ketika Mu’adz ibn Jabbal diperintahkan oleh Rasulullah SAW untuk
berdakwah ke Yaman dan ketika hari keberangkatannya telah tiba Mu’adz ibn
Jabbal berpamitan kepada Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Seketika Mu’adz
bersedih karena sebentar lagi akan meninggalkan kampung halamannya, terlebih
lagi akan berpisah dengan Rasulullah SAW. Rasulullah SAW kemudian bertanya
kepada Mu’adz “mengapa engkau menangis” Mu’adz menjawab “Ya Rasulallah, aku
bersedih karena akan berpisah denganmu”. Dengan pernyataan yang dikatakan oleh
Mu’adz ibn Jabbal, kemudian Rasulullah SAW berpesan kepada Mu’adz yang berarti
Rasulullah memberikan pesan kepada semua umatnya yang menghadapi permasalahan
serupa seperti yang dihadapi Mu’adz ibn Jabbal.
“Janganlah
bersedih, karena sesungguhnya bersedih itu datangnya dari syaithan. Wahai
Muadz, bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada, ikutilah
keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan akan menghapuskannya, dan berakhlaklah
kepada orang lain dengan akhlak yang baik. Wahai Muadz, ingatlah selalu
kepada Allah azza wa jalla, baik ketika berada di daerah bebatuan, daerah
penuh pepohonan maupun daerah perkotaan”.
Dari
hadits tersebut dapat kita simpulkan bahwasanya Rasulullah tidak menghendaki
umatnya bersedih karena kesedihan itu datangnya dari Syaithan, untuk itu
Rasulullah tidak ingin umatnya bersahabat dengan kesedihan yang berarti
bersahabat dengan Syaithan. Untuk itu Rasulullah berpesan 5 hal kepada Mu’adz
dan kepada semua umatnya yang harus kita laksanakan dalam menjalankan kehidupan
ini salah satunya Rasulullah berpesan kepada kita semua untuk tidak bersedih.
Tetapi
lihatlah umat Rasul pada zaman sekarang ini, banyak sekali umat Rasulullah yang
bersedih dalam menjalankan kehidupan ini, baik dari kesedihan yang dianggap
wajar sampai kesedihan yang berlebihan. Misalnya ketika sanak keluarganya
menemui Allah SWT untuk selama-lamanya sehingga ia tak lagi bisa bertatap muka
dengannya. Ada yang mengekspresikannya dengan biasa-biasa saja dengan alasan
setiap manusia pasti akan mendapatkan gilirannya. Ada juga yang berlebihan
sampai sepanjang hari meratapi sanak keluarganya yang berpulang ke Rahmatullah.
Ingatlah
sahabat Rasulullah SAW juga pernah mengalami hal yang demikian, Rasulullah
kehilangan dua orang yang sangat beliau cintainya, dua orang yang sangat
berpengaruh dalam perjuangan beliau memperjuangkan agama Allah. Saat itu
Rasulpun berduka dan itu adalah hal yang wajar, itu adalah fitrah kita sebagai
manusia. Namun Rasulullah tidak terlena dengan kesedihannya, Rasulullah harus
menjalankan tugasnya sebagai utusan Allah sampai ajal menjemputnya. Tak hanya
itu Rasulullah bersedih, ketika risalah telah yang diberikan kepada Rasulullah
telah berakhirpun Rasulullah SAW bersedih.
Lihatlah
sahabat Rasulullah SAW pun pernah bersedih tetapi tidak seperti yang dialami
umat Rasul pada zaman sekarang. Umat pada zaman sekarang berlebihan dalam mengekspresikan
kesedihannya bahkan sampai ada yang mengakhiri hidupnya. Dan yang paling
menyakitkan kebanyakan dari mereka adalah para pemuda, yang pada hakikatnya
merekalah masa depan bangsa ini, merekalah yang akan menjadi pemimpin di masa
depan. Namun yang terjadi sekarang mereka tidak pernah sadar bahwa merekalah
harapan bangsa ini berada. Soekarno pernah mengatakan “berikan aku sepuluh
pemuda maka akan ku guncangkan dunia”. Pepatah Arab mengatakan “Syubhanul
yaum, rijalul ghod” yang artinya pemuda hari ini adalah pemimpin pada masa
yang akan datang. Itu artinya dalam diri pemuda mempunyai kekuatan yang sangat
luar biasa namun sayang pemuda itu sendiri tak pernah menyadarinya.
Pada
zaman Rasulullah SAW, pemuda banyak memberikan kontribusi yang cukup besar
untuk memperjuangkan agama Allah. Salah satunya adalah Ali ibn Abi Thalib, yang
pada waktu itu usianya masih sangat muda namun Ali ibn Abi Thalib dan para
pemuda waktu itu di izinkan oleh Rasulullah ikut andil dalam berjihad karena
Rasulullah melihat potensi yang luar biasa pada diri pemuda. Tetapi pada zaman
sekarang hampir semua dari pemuda terlena oleh kesenangan duniawi yang bisa mengantarkan
mereka ke dalam tempat yang paling buruk (neraka). Para remaja zaman sekarang
perilakunya sungguh mengecewakan, kebanyakan dari mereka terlena dengan dosa
seperti zina yaitu pacaran. Padahal Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-Israa’
ayat 32:
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
Artinya:
Dan janganlah kamu mendekati zina;
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang
buruk.
Dalam
ayat tersebut Allah telah menjelaskan kepada kita semua bahwa zina adalah jalan
yang buruk. Pada zaman sekarang sudah banyak bukti-bukti yang menunjukkan zina
adalah perbuatan yang mengantarkan kita kepada jalan yang buruk. Misalnya,
banyak yang putus cinta ditinggalkan pacarnya kemudian ia melakukan hal-hal
yang tidak wajar dari yang tidak mau beraktifitas sampai bunuh diri. Hal
seperti itu sebenarnya tidak akan terjadi jika seseorang tidak mendekati zina. Allah
SWT berfirman dalam surat Ali Imran ayat 139:
وَلَا تَهِنُوا وَلَا
تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Artinya: Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih
hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu
orang-orang yang beriman.
Allah
SWT menegaskan dalam ayat tersebut bahwa kitalah orang-orang yang beriman yang
derajatnya paling tinggi di sisi Allah. Jika Allah sudah memberitahu kepada
kita bahwa kitalah orang-orang yang derajatnya paling tinggi maka segala bentuk
kesedihan tidak akan terjadi. Allah SWT juga berfirman dalam surat Al-Baqarah
ayat 186 yang artinya Dan apabila
hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku
adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon
kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan
hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
Jika
Allah sudah dekat dengan kita maka apapun yang kita inginkan akan dikabulkan
oleh Allah. Orang yang dekat dengan Allah, ia tidak akan bersedih apalagi
terlena dengan kesedihannya seperti yang dilakukan para remaja zaman sekarang. Berdo’alah
kepada Allah jika kita bersedih karena Allah SWT sudah berfirman dalam surat
Al-Baqarah ayat 186 Allah akan mengabulkan permohonan orang yang berdo’a jika
kita memohon kepada Allah.
لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا
Tidak ada komentar:
Posting Komentar